jangan percaya HAK CIPTA

cerpen

cerpen
perjalanan

Siang itu matahari begitu menyengat kulitku dalam keramaian suasana terminal yang hiruk pikuk manusia dengan kepentingannya sendiri, siang itu aku bertujuan untuk melakukan suatu perjalanan kesebuah kota dalam usahaku mengejar masa depan. Bersamam kawanku mengarungi sebuah perjalanan bermodalkan semangat untuk mencapai masa depan yang lebih baik, suasana bis begitu sesak dengan penumpang sampai untuk bernapas pun susah, aku menggerutu sendiri
“aku bukan kambing yang seenaknya bisa ditumpuk seperti ini” pikirku
itu pengalaman pertamamku naik bis kelas ekonomi aku tidak terbiasa dalam kesusahan, ayahku adalah seorang pengusaha yang cukup berhasil dikotaku sehingga aku tak pernah kesulitan dalam hal meteri, ayahku rela merogoh koceknya dalam-dalam untuk kepentinganku sehingga aku sering berpikir untuk memanfaatkan keadaan tersebut.
Aku naik bis ekonomi karena ajakan temanku, temanku yang memanasiku untuk menaiki bis ini temanku bilang
“Sekali-sekalilah kamu jadi orang miskin lihatlah kebawah rasakan jadi orang miskin itu gimana rasanya”
mendengar perkataan itu telingaku terasa panas seakan akan temanku itu melecehkanku, dan akhirnya aku memutuskan untuk manaiki bis yang menurutku lebih pantas disebut kandang kambing. Berbagai macam bau ada dalam bis itu membuat perutku terasa mual dan ingin mengeluarkan isinya, aku heran masihkah mereka merasa menjadi manusia diperlakukan seperti ini, kenapa masih ada angkutan yang tidak manusiawi seperti ini ditengah maraknya para pejabat meminta mobil mewah dengan harga yang fantastis bagi ukuran bangsa ini, aku sempat menjadi ragu apakah benar bangsa ini bangsa yang tengah dilanda krisis, jika benar bangsa ini sedang dilanda krisis mengapa mobil sangat mewah masih berkeliaran dijalan jalan negeri ini, mengapa rumah para pejabat bangsa ini seperi istana padahal seharusnya yang namanya pejabat public kekayaannya sudah dapat diperhitungkan sebelumnya.
Sebelum keherananku terjawab dikagetkan oleh seorang anak kecil membawa gitar kecil tanpa malu dia mulai bernyanyi, tiga lagu dia habiskan dengan suara yang pas pasan dia meminta uang kepada para penumpang, aku perhatikan anak itu mengapa anak sekecil itu harus bersusah susah mencari uang, kemana orang taunya kalaupun dia tidak punya orang tua, kemana janji penerintah yang seharusnya melindungi dia padahal, jika aku tidak salah di undang undang dasar pun ada bahwa orang miskin dan anak terlantar dipelihara Negara
“ah memang negeri ini negeri yang ironis ketika kekayaan alam yang begitu melimpah tetapi kenapa orang miskin masih mendominasi bangsa ini memang banyak yang menyalahkan krisis moneter yang menyebabkan banyaknya orang miskin, tetapi aku sangsi apakah benar Negara ini Negara miskin karena sebutan Negara berkembang hanyalah penghalusan kata dari Negara yang miskin aku baru sadar bahwa memang realitas tidak seperti yang kurasakan sekarang, aku dapat mendapatkan apa saja yang kuinginkan, ingin apapun aku tinggal minta pada orang tuaku dengan mudah ayahku akan memberikannya tetapi setelah kulihat realitas yang sebenarnya aku sadar bahwa memang dunia ini tidak seperti apa yang kurasakan.
Keringatku bercucuran dengan derasnya tak bisa kutahan lagi walaupun aku sudah berusaha dengan mengipas ngipas dengan buku yang ada ditanganku tapi itu terasa percuma karena tetap saja aku kepanasan, mungkin neraka pun tak sepanas ini. entah berapa botol air mineral kuminum karena tenggorokanku begitu gersang tak berair
“ah kenapa aku harus menuruti ajakan temanku itu, kenapa aku tidak naik bis yang lebih manusiawi aku bisa mati jika terus berada disini.
Perjalananku menuju sebuah kota untuk mencari masa depan masih jauh dan aku hampir mati berada dalam bis ini aku tak tau lagi akan bertahan berapa lama, rasanya aku berada dineraka saja tetapi aku tak mengerti dengan kawanku yang satu ini, dia terlihat santai dan menikmati perjalanannya seakan panasnya bis ini tidak berarti apa-apa dan aku lihat penumpang yang lain juga begitu mereka terlihat santai dan seperti tidak mengeluh apa-apa aku jadi berpikir bagaimana jika anggota DPR yang selalu meneriakan kemiskinan dan membawa hati nurani rakyat disuruh untuk naik bis seperti ini apakah mereka mau? aku jadi sangsi.
Dari tadi aku menggerutu daripada aku capek sendiri lebih baik aku tidur, tapi bagaimana aku bisa tidur panasnya aja kayak dineraka kuputuskan saja tidak jadi tidur akan kunikmati penderitaan ini,
Aku tidak terbiasa dengan hal ini, dirumah atau ditempat kostku aku biasa tidur pakai AC dengan kasur yang empuk dengan segala fasilitas yang akan membuatku terasa nyaman tetapi sekarang aku harus menikmati rasa muakku ini tetapi aku bersyukur setidaknya aku dapat pengalaman, aku jadi bisa merasakan bagaimana menjadi orang miskin setidaknya aku bisa lebih peka terhadap permasalahan di masyarakat aku bisa tau penderitaan yang dirasakan masyarakat.
Dulu aku adalah seorang yang sangat tidak peduli terhadap permasalahan sosial aku berpikir miskin itu adalah kesalahan mereka kenapa mereka tidak mau bekerja keras, kalau ingin kaya ya kerja, tetapi jika yang miskinnya lebih banyak dari yang makmur apakah masih disebut permasalahan pribadi? Aku pikir itu bukan permasalahan pribadi tetapi itu permasalahan sosial dan seharusnyalah negeri ini memikirkannya.
Aku sendiri tidak mengerti tentang apa yang seharusnya dilakukan olehku untuk membantu mereka apakah aku harus memberi mereka bantuan uang? Tapi apakah itu solusinya? Ah aku tak tau.
Akhirnya perjalananku sampai pada tempat tujuan, sebuah kota yang indah ini. kuhirup udaranya dalam-dalam, kesegaran menyeruak masuk kedalam ragaku serasa mendapatkan setetes air dipadang pasir betapa tak ternilai pelajaran yang dapat kuambil kali ini, betapa pengalamanku itu dapat membuka pikiranku yang sekian lama tertutup oleh kemudahan yang kudapatkan.

1 Comment:

  1. tedybanka said...
    ini cerpen paling cau yang pernah saya baca. yang nulis mahasiswa apa anak SD seeeh????by the way, g papa lah namanya juga pemula, kayak saya, hehehe....

Post a Comment




 

Blog Template by Adam Every. Sponsored by Business Web Hosting Reviews