jangan percaya HAK CIPTA

Surat untuk Nurdin

Malam itu seorang kawan menelepon ku memberitahu bahwa kau akan segera menikah. Cukup keget hatiku mendengarnya, karena kemarin kita sering bercengkrama dalam dunia maya dan kita sering bercanda bahwa menurutnya aku yang akan duluan menikah.
Rasanya baru kemarin kita saling berbagi rasa, bercerita tentang kisah percintaan masing masing. Ya rasanya baru kemarin kau bercerita kisah cintamu yang sangat romantis, berjalan di pematang sawah bersama pacarmu menuju peraduan untuk memadu kasih, rasanya baru kemarin kita bolos Jum’atan dan duduk sambil meneguk segelas kopi dan menikmati lezatnya asap rokok.

Aku masih ingat, setiap pagi kita selalu nongkrong bareng sambil menunggu angkot yang akan mengantarkan kita menuju sebuah pembelajaran, setiap pagi kita selalu tertawa menertawakan kehidupan, waktu itu kehidupan begitu cerah sampai sampai kita sering menertawakan masalah yang dating pada diri kita.

Aku masih ingat saat aku bekungjung kerumahmu kau menyediakanku sepiring makan siang yang lezat atau sekedar pengganjal perut. Ingatkah kau saat aku ditampar oleh guru yang sampai saat ini masih kubenci dengan kesombongannya! Saat itu kau menertawakanku dengan menyebut hal itu suatu kebodohan! Aku tak pernah membencimu dengan kau menertawakanku.

Sampai saat kita berpisah untuk mencari jati diri, sebetulnya aku tak ingin melepasmu kawan, tapi sayang aku harus patuh pada hukum oposisi biner yang menyebalkan, yaa aku harus melepasmu untuk membiarkanmu menghisap kejamnya dunia karena aku tahu kau harus menghisap aroma kekejaman dunia untuk pembelajaran bagimu, hingga nanti kau bisa bertahan dalam racun yang bernama kehidupan.

Aku ingin lagi tertawa bersamamu, seperti dahulu menertawakan kawan yang sok jagoan, menertawakan guru sok tahu, atau menertawakan apapun yang bisa membuat kita bisa tertawa. Aku ingin mendengar kisahmu menaklukan perempuan. Aku belum puas mendengarkan cerita kehidupanmu yang unik.

Kawan, saat bersamamu begitu indah bagiku candamu selalu menyejukanku disaat aku sedang mencari sesuatu yang melindungiku dari kegalauan hidup. Aku rindu padamu kawan, aku rindu senyummu, candamu, dan wejanganmu yang terlampau sok tahu.

1 Comment:

  1. Lida Handayani said...
    Halah bos, ada teman kawin kok dibikinin obituari sih? Hehe.

Post a Comment




 

Blog Template by Adam Every. Sponsored by Business Web Hosting Reviews